TARI JAIPONG
Tari jaipong atau Jaipongan
adalah sebuah kesenian dari sunda berupa seni tari dengan diiringi musik
Degung, yang dulunya bernama ketuk tilu dan bermula diciptakan seniman berbakat
yang bernama gugum gumilar. yang menjadi ciri utama Jaipongan adalah gaya kaleran,alami
dan apa adanya, ceria, erotis, humoris, bersemangat, berspontanitas, dan
kesederhanaan. Tari Raden Bojong,Tari Daun dan Pulus Keser Bojong adalah karya
tari jaipong Gugum Gumbira yang pertamakalinya.
Gerakan-gerakan pada TARI JAIPONG
sangat dipengaruhi oleh kliningan, pencak silat, seni ketuk tilu, dan ronggeng
sehingga terbentuk GERAKAN TARI YANG INDAH dan enak untuk kita tonton.
Dalam garak Tari Jaipong dapat
dibedakan dari beberapa bagian diantaranya
1. Gerakan
pembuka yang disebut juga Bukaan
2 . Bagian
dari gerakan-gerakan yang disebut Pencungan
3. pemberhentian atau titik disebut Ngala
4. Pindahan dari peralihan sesudah ngala disebut
Mincit
~TARI PIRING
Tari Piring merupakan tarian khas
dari daerah Sumatera Barat, Minang Kabau. Tarian khas ini sudah sangat terkenal
di Indonesia. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini saya akan sedikit
mengulas Sejarah Asal Usul Tari Piring yang sangat terkenal tersebut sebagai
penambah wawasan dan pengetahuan kita terhadap budaya bangsa. Mari kita simak
informasi lengkapnya dibawah ini.
Pada mulanya, Tari Piring ini
merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa
setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan
membawa sesaji dalam bentuk makanan yang kemudian diletakkan di dalam piring
sembari melangkah dengan gerakan yang dinamis.
Setelah masuknya agama Islam ke
Minangkabau, tradisi Tari Piring tidak lagi digunakan sebagai ritual ucapan
rasa syukur kepada dewa-dewa. Akan tetapi, tari tersebut digunakan sebagai
sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara
keramaian.
Di Malaysia , tarian piring
dipersembahkan ketika majelis perkawinan terutama bagi keluarga berada,
bangsawan dan hartawan di sebuah kampung. Tarian ini biasa dilihat di kawasan
Seremban, Kuala Pilah dan Rembau oleh kumpulan tertentu. Ada yang
dipersembahkan dengan pakaian lengkap dan pakaian tarian tidak lengkap. Sedikit
bayaran akan dikenakan jika menjemput kumpulan tarian ini mempersembahkan
tarian piring. 10 - 20 menit diperuntukkan untuk persembahan tarian ini.
Tarian piring dan silat dipersembahkan di
hadapan mempelai di luar rumah. Majelis perkawinan atau sesuatu apa-apa majlis
akan lebih meriah jika diadakan tarian piring. Namun begitu, segelintir
masyarakat tidak dapat menerima kehadiran kumpulan tarian kerana dianggap ada
percampuran lelaki dan perempuan. Bagi mengatasi masalah itu, kumpulan tarian
disertai hanya gadis-gadis sahaja.
Kira-kira 8 (delapan) abad yang
lalu, Tari Piring telah ada di wilayah kehulauan Melayu. Tari Piring identik
dengan Sumatera Barat. Hingga masa kerajaan Sri Vilaya, eksistensinya masih ada
bahkan semakin mentradisi. Pada saat masa-masa kejayaan kerajaan Majapahitlah,
tepatnya abad ke-16, kerajaan Sri Vijaya dipaksa jatuh.
Namun demikian, Tari Piring tidak
lantas ikut lenyap. Bahkan, Tari Piring mengalami perkembangan ke
wilayah-wilayah Melayu lain seiring hengkangnya pengagum setia Sri Vijaya. Bergantinya
pelaku peradaban memaksa adanya perubahan konsep, orientasi dan nilai pada Tari
Piring.
Pada awalnya Tari Piring
diperuntukkan buat sesembahan para dewa, dibarengi dengan penyediaan sesaji
dalam bentuk makanan yang lezat-lezat. Tarian ini dibawakan oleh beberapa
perempuan yang dengan penampilan khusus, berbusana indah, sopan, tertib, dan
lemah lembut.
Dalam perjalanannya, orientasi
atau tujuan sesembahan Tari Piring bergeser drastis. Ketika Islam datang,
orientasi penyajian tidak lagi tertuju pada para dewa, namun dipersembahkan
kepada para raja dan pejabat, khususnya saat ada pertemuan atau forum khusus
dan istimewa lainnya. Selain itu, Tari Piring juga semakin populer dan tidak
hanya dikonsumsi oleh kalangan elit tertentu.
'
Diposkan oleh Duo Dhil di 19.41
0 komentar:
Posting Komentar